Dalam rangka melaksanakan dharma ketiga, Tim Pelaksana dari Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman, pada hari Sabtu, 8 Oktober 2016, melaksanakan sosialisasi dan pelatihan sambungan konstruksi bambu. Tim Pelaksana yang diketuai oleh Dr. Nor Intang Setyo Hermanto, S.T., M.T. dengan anggota Yanuar Haryanto, S.T., M.T., mendatangkan tenaga ahli dari Wonosobo, Adi Suparno, pemilik Adi Galeri Bambu, untuk berbagi pengalaman dan menularkan keterampilannya. Sosialisai dan pelatihan dilaksankan di Desa Pakuncen, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, bertempat di sebuah gudang penyimpanan yang dapat difungsikan sebagai semacam gedung pertemuan milik salah satu warga. Selain dihadiri oleh perwalikan masyarakat yang didampingi oleh Suyatno selaku Kepala Desa, hadir pula pada kesempatan tersebut Spen Prihatanto, S,T. yang merupakan Ketua Kelompok Kerja Kader Teknik, Ruang Belajar Masyarakat, Kabupaten Purbalingga.

Dalam sambutannya, Kepala Desa menerangkan bahwa sosialisasi dan pelatihan sambungan konstruksi bambu ini merupakan kelanjutan dari kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya. “Setelah sebelumnya ada warga kami yang mewakili mengikuti pelatihan pengawetan bambu menggunakan zat kimia pada tahun lalu, maka tahun ini dilanjutkan dengan pembangunan jembatan bambu yang diperlukan oleh warga kami. Sebelumnya telah dilakukan diskusi bersama (Forum Group Discussion, red) dan sekarang akan kita pelajari bersama ilmu tentang sambungan konstruksi bambu”, jelasnya. Ditambahkan oleh Spen Prihatanto, S.T. bahwa kegiatan seperti ini sangat penting artinya sebagai pemberdayaan masyarakat yang bersinergi dengan dunia kampus, khususnya untuk kali ini mengambil topik sambungan konstruksi bambu. “Kami berharap setelah ini masyarakat memiliki keterampilan dalam merangkai atau menyambung bambu sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis bambu. Setelahnya bambu dapat dimanfaatkan sebagai furnitur dan bahkan untuk konstruksi jembatan yang nantinya akan dibangun ini”, imbuhnya.

Pada sesi pengarahan, Dr. Nor Intang Setyo Hermanto, S.T., M.T. memaparkan bahwa sebelum nanti dibangun jembatan bambu yang diperlukan warga, penting bagi warga untuk mempelajari teknik sambungan konstruksi bambu.  Hal ini dikarenakan teknik sambungan konstruksi bambu yang memadai akan berpengaruh terhadap kekuatan dan umur pakai jembatan tersebut. Lebih lanjut disampaikan bahwa bahan-bahan bangunan jembatan berupa bambu dan kayu di luar negeri tidak ditinggalkan justru mengalami perkembangan dengan teknologi desain yang lebih maju. “Konstruksi jembatan bambu sangat cocok diterapkan di pedesaan, karena umumnya tidak menerima beban berat dan lebih murah. Di Indonesia pernah dibuat beberapa jembatan bambu diantaranya jembatan bambu di atas sungai Citarum, Jawa Barat yang dibuat pada tahun 1890an, jembatan bambu di atas sungai serayu Wonosobo Jawa Tengah yang dibuat pada tahun 1906, dan jembatan bambu di Pasuruan, Jawa Timur yang dibuat tahun 1910”, jelasnya.

Selanjutnya di bawah arahan Adi Suparno selaku tenaga ahli, satu-persatu masyarakat yang hadir melakukan praktik sambungan konstruksi bambu setelah sebelumnya diberikan pemahaman melalui uraian singkat dan contoh langsung. “Untuk mengasilkan sambungan kosntruksi bambu yang kuat dapat digunakan bahan penyambung dari paku yang dikombinasikan dengan tali ijuk atau rotan. Tali ijuk dan rotan juga dapat ditonjolkan nilai keindahannya yang dapat meningkatkan ketertarikan bagi calon pengguna. Kami sudah mempraktikkannya pada berbagai rancangan yang kami hasilkan”, demikian tuturnya. 

Acara sosialialisai dan pelatihan ditutup dengan berbagi pengalaman oleh Adi Suparno yang disusul dengan diskusi lanjutan membahas teknis pelaksanaan pembangunan jembatan bambu. Masyarakat diharapkan berkontribusi melalui pemberdayaan sumber daya material dan juga tenaga kerja. Disepakati bahwa jembatan bambu ini harus sudah selesai pada akhir bulan Oktober 2016 ini. Mari kita nantikan bersama hasilnya.

By admin