PBB menyatakan 2,5 miliar orang di dunia masih hidup dengan sanitasi yang buruk, salah satunya terbanyak di Indonesia. Dari 10 negara dengan jumlah tertinggi orang yang belum mendapatkan sanitasi yang layak, Indonesia bahkan menduduki peringkat kedua. Sebenarnya praktik BAB (Buang Air Besar) sembarangan sudah mengalami penurunan sebesar 271 juta sejak tahun 1990. Namun masih saja dipraktikkan oleh 1,1 miliar orang atau 15 persen dari populasi di dunia. PBB menyatakan BAB sembarangan adalah salah satu penyebab utama diare, yang menyebabkan kematian lebih dari 750.000 anak di bawah usia lima tahun setiap tahun. Indonesia sendiri masih ada 63 juta keluarga yang belum mempunyai jamban.
Masyarakat RT 04 RW 03 dan RT 06 RW 03 Kelurahan Sumampir Kecamatan Purwokerto Utara secara geografis tinggal di pinggiran sungai yang mengalirkan air dari lereng-lereng Gunung Slamet. Hampir dalam 360 hari selama setahun sungai ini selalu di aliri air yang bersumber dari Gunung Slamet. Bahkan hampir bisa dikatakan bahwa warga tidak kekurangan air bila musim kemarau tiba. Dengan kondisi lingkungan yang baik ini dan kebiasaan buang air besar di sungai, masih ada puluhan warga RW 3 Kelurahan Sumampir yang belum mempunyai Jamban, demikian dijelaskan oleh Trisni Haryati, Kepala Kelurahan Sumampir.
Warga RW 3 Kelurahan Sumampir secara ekonomi merupakan warga miskin. Hanya sekitar 5% dari ratusan warga RW 3 Kelurahan yang mempunyai pekerjaan permanen. Kemiskinan ini yang menyebabkan latar belakang pendidikan mereka yang masih sangat rendah, sebagian besar hanya lulus sekolah dasar. Belum lagi secara kultural, kalau tidak ada bunyi gemericik air mengalir warga tidak bisa membuang hajat / BAB, kata Agus Maryoto, Pengabdi dari Universitas Jenderal Soedirman.
Selanjutnya diceritakan oleh Agus Maryoto, melalui skema IbM (Ipteks bagi Masyarakat) warga diberdayakan pengetahuannya mengenai pentingnya jamban. Warga dididik untuk bisa membuat jamban yang aman dan murah. Selain itu sebagian warga di beri stimulasi material pembuatan jamban. Bantuan ini sangat berguna dan bermanfaat bagi warga, sehingga ketika warga kebelet mau BAB tidak usah repot-repot lari ke sungai, terang Parno warga RT 4 RW 3 yang mendapat bantuan stimulasi jamban.
Lain lagi kebahagiaan yang dituturkan oleh Johan Sufarida, sekarang kalau BAB bisa berpuluh menit jongkok di WC tanpa takut diintip orang, terangnya. Gambar di atas merupakan WC di rumah Johan Sufarida yang merupakan bantuan stimulasi jamban. [Mst]